Bismillah…
Rutinitas pagi setelah sholat subuh dan dzikir pagi selalu buka notifikasi Facebook dari KH. Abdullah sedang melakukan siaran langsung. Pagi ini senang sekali karena yang memberikan materi salah satunya adalah Ustadz Komar, salah satu ustadz Daarut Tauhid favorit saya yang sering saya dengar di kajian Asmaul Husna salah satu pengganti aa kalau aa sedang berhalangan menisis kajian Asmaul Husna.
Dan materinya MasyaAllah, saya merasa ditampar sehingga sadar bahwa yang selama ini membuat saya kurang sabar dalam menghadapi situasi di depan saya, termasuk menghadapi anak-anak adalah tidak sadar. Sadar menurut Ustadz Komar adalah menghadirkan hati, fikiran dan badan dalam satu tempat. Setiap hari bahkan setiap menit badan saya bersama anak-anak, tapi hati dan fikiran berada di tempat lain. Astaghfirullah…
Padahal rumusnya adalah Kesabaran harus dibawa kemana-kemana. Di setiap aktivitas yang dilakukan harus sabar, mengurus anak harus sabar. Dan Kunci dari kesabaran adalah kesadaran yakni menyatunya hati, fikiran dan badan.
Ustadz komar memberikan Ilustrasi sedang menonton bola bahwa betapa sabar itu sangat penting. “Suatu saat saya sedang menonotn sepak bola indonesia-malaysia di stadion. Gegap gempita, riuh gemuruh luar biasa. Sedang menikmati menonton pertandingan pada menit ke 15 saya dikagetkan oleh sesuatu, yaitu saya teringat bahwa mobil saya belum dikunci sedangkan di dalamnya terdapat beberapa barang berharga. Dari situ mulai tidak menikmati lagi pertandingan, karena badan masih di stadion tapi fikiran sudah di mobil, bukan lihat lagi pertandingan tapi lihat ke jam tangan, memikirkan kapan 5 menit pertama selesai.
Dari ilustrasi di atas apa yang menyebabkan 15 menit pertama bahagia? karena badan, fikiran dan hati saya berada di stadion, kemudian apa yang menyebabkan 15 menit kemudian tidak bahagia? karena badan masih di stadion, tapi fikiran dan hati sudah tidak di stadion lagi, tapi d tempat parkir.
Kesimpulannya, bahwa Sabar itu adalah hadirnya badan, fikiran dan hati dalam satu tempat. Sedangkan orang yang tidak sabar itu, orang yang badannya ada dimana, hati dan fikirannya ada dimana. Selama hidup kita tidak menghadirkan badan, hati dan fikiran tidak di tempat itu, selama itu pula kita tidak akan menikmati hidup, tidak akan menikmati setiap episode kehidupan dan akhitnya tidak akan bahagia.
Oleh karenanya, Allah Berfirman dalam Surat Al-Baqoroh Ayat 45 :
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
Bahwa Allah menyuruh kita untuk Sabar dulu baru kemudian Sholat. Hadirkan dulu badan, hati dan fikirannya di atas sajadah, baru kemudian Sholat. Oleh karenanya kenapa banyak orang yang tidak khusuk, karena badan ada di atas sajadah, sedangkan hati dan fikirannya ada di pasar, di kampus.
Ilsutrasi lain, kenapa sedang macet kita jadi gelisah, tidak sabar? karena pada saat macet, badan kita masih di dalam mobil, tapi hati dan fikiran sudah di tempat kerja, takut dimarahi bos, dan lain sebagainya.
Begitupula fenomena yang terjadi pada anak, pasangan, dan orang tua. Banyak di dalam keluarganya tidak menemukan kebahagiaan karena fisiknya bersama keluarga tapi hati dan fikiran tidak bersama keluarga. Sehinga sulit untuk menemukan kebahagiaan.
Dan semua permasalahan muncul, berawal dari ketidaksabaran.
ILMU SADAR DIRI INI BAGIAN DARI KESABARAN.
Ada seorang ulama yang sedang uzlah, menyendiri di suatu tempat. Kemudian ditanya oleh muridnya, wahai guru apa saja yang engkau lakukan ditempat ini?, Sang Gurupun menjawab “saya makan, saya sholat. saya istirahat, saya jalan”, lalu muridpun berkata “kalau begitu, apa bedanya dengan kami, kamipun melakukan hal yang sama, kami sholat, duduk, makan, kamipun istirahat”. Sang gurupun menjawab “yang membedakan hanya satu wahai muridku, saat saya makan saya sadar saya sedang makan, saat saya sholat, saya sadar saya sedang sholat, saat makan, saya sadar bahwa sedang makan, sampai saat berjalanpun saya saya sadar bahwa saya sedang berjalan, saat bernafas saya sadar bahwa saya sedang bernafas”. Kesadaran itu adalah puncak siritualitas seseorang. dan banyak orang yang tidak sadar, dan baru sadar saat hidup dipenghujung di ujung kehidupannya, saat sudah terlambat. Jika dihubungkan dengan Kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, Saat Rasul sampai di Sidrotul Muntaha, Secara hakikiah pengertian Sidrotul Muntaha adalah tempat yang tertinggi, Sidartul muntaha juga mengandung pengertian bahwa Sidroh = Kesadaran, Muntaha = Puncak, jadi Rasulullah SAW sudah sampai pada puncak kesadaran seorang manusia, seorang hamba, sehingga hidupnya penuh dengan keberkahan, kedamaian, penuh dengan manfaat, sudah sampai pada puncak kesadaran.
Aagym menambahkan : Banyak orang yang tidak sadar, ketika sedang makan, bahwa sedang di kasih makan oleh Allah. A Deda juga menambahkan, oleh karenanya kesadaran paling tinggi, merasa ditatap oleh Allah, Ikhsan.
Karena Kesadaran melahirkan Kesabaran.